
Perbaikan jalan, pembuatan jalan sampai
pelebaran jalan memang rutin dilakoni oleh pemerintah guna membangun kenyamanan
dan keamanan masyarakat. Tak hanya itu hal tersebut pun dilakukan semata-mata
bukan hanya untuk pemenuhan janji
pemerintah namun juga untuk membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintah memang
sanggup dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Namun apa boleh di kata
mengerjakan proyeknya saja sudah tidak ikhlas bagaimana dengan hasilnya. Bisa
di tebak bahwa hasilnya pasti salah kaprah. Sudah menjadi rahaia umum jika
korupsi sudah menjadi tradisi unik yang terbudidaya di negri ini.
Sering kita
jumpai berkilo-kilo jalanan rusak akibat kurang terawatnya jalanan. Jalanan
rusak bisa disebabkan oleh jalanan (aspal) yang sering terendam oleh genagan
air, tanah yang labil, pemakadaman yang tidak maksimal ataupun blangki yang
tidak sesuai takaran. Kebanyakan hal-hal ini terjadi karena ulah masyarakat
atau aparat pemerintah yang tidak sabar dalam menunggu masa pemakadaman atau
ingin proses pembuatan jalan cepat selesai. Padahal proses pemakadaman yang
tidak sempurna bisa mengakibatkan jalanan cepat rusak, bahkan bisa saja jalanan
hanya berumur sampai 2 tahun.
Akibatnya sarana trasportasi tertanggu dan
kecelakaan pun tak bisa terhindari. Hal semacam ini pun juga menunjukan bahwa
pemerintah terkesan acuh tak acuh terhadap keselamatan warganya dan sekali lagi
nyawa warga dipertaruhkan. Keinginan warga untuk memiiki jalanan aspal adalah
untuk mempermudah perjalanan mereka agar mereka selamat sampai tujuan. Tapi
malah sebaliknya dengan keadaan yang demikian keselamatan warga menjadi
terancam. Banyak kecelakaan di negara ini disebabkam karena jalanan yang rusak.
Rusaknya jalanan pun juga tak lepas dari campur tangan warga sendiri dan
pemerintah. Pemerintah tidak akan pernah berhasil membuat jalanan yang sempurna
tanpa dengan ikut serta dari warga dalam merawat jalanan. Sebagai contohnya
adalah jalanan di dekat desa saya, disana terdapat sekitar 50 meter jalanan
rusak parah, sepedamotor hanya dapat melaju dengan ecepatan rata-rata 10-20
km/jam. Kebanyakan jalanan berlubang dan hancur. Ketika saya telusuri
pemerintah setempat memang sengaja membiarkan jalanan seperti itu karena jika
jalanan diperbaiki dan menjadi halus maka jalanan sering dijadikan ajang untuk
balapan. Jadi untuk memperkecil bahaya dari balapan pemerintah setempat
membiarkan jalanan itu tetap rusak. Sebenarnya tak hanya itu yang dilakukan
demi mencegah kebut-kebutan terjadi, pemerintah setempat juga membuat polisi
tidur di setiap 5 meternya. Tapi tetap saja hal itu tak banyak membantu
anak-anak yang nakal tetap memiliki tempat untuk ajang balapan ditempat lain
yang belum rusak. Dan jalanan yang rusak akan ditinggalkan dan tetap
membahayakan untuk orang lain. Inilah Indonesia katanya sadar tapi tatap tak
sadar. Saling menyalahkan tapi tak memberi solusi.
by: Ria Novita












0 komentar:
Posting Komentar