Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Post Icon

Melindungi rakyat atau popularitas ?



Binar dunia hiburan memang sangat menjajikan. Ketenaran yang bisa didapat dengan singkat dan job-job manggung yang nominalnya selangit memang sakti membuat kita menjadi orang kaya baru. Tak bisa dipungkiri bahwa hinggar binar gemerlap keartisan telah membuat beberapa orang indonesia bahkan aparat negara lupa akan tugasnya. Bahkan tak tanggung-tanggung mereka rela melepas jabatan mereka demi ketenaran yang sesaat.

Dulu yang semula rasa percaya masyarakat terhadap polisi perlahan mulai tumbuh, sekarang kembali pudar seiring tindakan neko-neko polisi. Banyak kalangan menerima hal ini dengan lapang, dengan dalih bahwa polisi juga manusia yang pastinya juga memiliki bakat yang perlu dikembangkan. Namun tak sedikit juga kalangan yang mengecam pembela negara ini. Sebenarnya tak hanya aparat pemerintah yang beralih jalur dari kesatuan menjadi artis beken, tapi banyak pula artis beken yang alih arah menduduki meja pemerintahan. Dengan mengandalkan ketenaran mereka menjajaki dunia pemerintahan. Bila kita tela’ah, hal ini hampir sama namun yang membedakan hanya bidang yang mereka geluti. Bila Norman Kamaru rela melepas jabatan briptunya demi chaiya-chaiya, maka Eko Patrio rela melepas srimulat demi kursi di DPR. Maka kemampuan membela, mewakili, dan menyuarakan suara  rakyat pun dipertanyakan.
Tak bisa dipungkiri juga bahwa sebagian masyarakat senang dengan kehadiran sosok tampan yang juga gagah di TV, tapi bukankah dengan adanya iming-iming ketenearan tersebut akan meluruhkan secara perlahan pamor garang dari polisi. Kewibawaan polisi pun akan ikut menurun tanpa disadari sejalan dengan mereka terlihat “ konyol “ di TV, sosok yang seharusnya menjadi panutan, pelindung dan sosok yang mengayomi tapi malah menjadi sosok yang memiliki kedudukan sama dengan rakyat jelata lain. Padahal mereka sendirilah yang memilih untuk menjadi beda dan dipandang hormat oleh masyarakat. Ingat !, malaikat tetap akan menjadi malaikat dia tidak mungkin berubah menjadi manusia. Dan tugasnya pun tak bisa digantikan oleh manusia. Sama halnya dengan polisi. Polisi akan tetap menjadi polisi, karena tak bisa mengingkari ikrarnya sebagai polisi. Polisi tidak diciptakan untuk menjadi bahan tontonan, tapi polisi diciptakan untuk melindungi tontonan. Coba kita bayangkan, bila biasanya Norman Kamaru yang dulunya masih menjabat sebagai polisi, biasanya menjaga mengamankan berbagai tontonan atau acara hiburan. Namun setelah namanya melejit lewat lagu hindia itu, dengan seragam di badan dia dikawal oleh polisi. Pertanyaannya, dimanakah pamor “ ngerinya “? Dimanakah pamor “ saktinya “?. Semuanya seakan lenyap oleh teriakan penggemar dan bias khayal ketenaran sesaat.
by: Ria Novita

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar